SANG PEJUANG GARUHAL 2006


“MURJA” Waktu Membuktikan

 Asikin Widi Jatnika,S.Pd

Proses hidup adalah pilihan dan merupakan sesuatu hal yang harus dijalani dengan selalu bersyukur atas apa yang dirasakan anugrah dari sang pencipta. Tahun 2001 merupakan sebuah pilihan tanpa perencanaan yang matang dan tanpa target sedikitpun, karena saat itu adalah pilihan keterpaksaan akan situasi dan kebutuhan yang menuntut. Optimis melangkah memberanikan diri menuju sebuah pilihan yang tidak mudah untuk dijalani mengabdi sebagai guru dan berstatus guru sukarelawan (Sukwan),mempersiapkan diri dan membenahi diri untuk menjadi sosok yang di gugu dan ditiru.    

Bayangan indah pun muncul dalam hayalan menjadi sosok yang mulia pahlawan tanpa tanda jasa, tak sabar rasanya hati ini ingin segera berhadapan dengan sekumpulan insan kecil yang masih polos yang sedang melaksanakan kewajibannya untuk belajar. Saat melamar menjadi guru sukarelawan sekolah dihadapkan pada libur semester genap. 

Tiba waktunya tahun ajaran baru, mulailah tugas baru diemban sebagai guru sukarelawan. Sebelum berangkat kesekolah tak henti-hentinya diri bercermin untuk memastikan bahwa aku harus berpenampilan rapih layak nya seorang guru. Dengan langkah percaya diri bergegas segera menuju sekolah,berangkat lebih awal dan memang keadaan sekolah saat itu masih sepi hanya ada penjaga sekolah saja yang sedang melaksanakan tugasnya membersihkan lingkungan sekolah. Senyum ramah penjaga sekolah sedikit ringan menyambut dan mempersilahkan duduk didepan halaman ruang guru, mungkin dalam benaknya saya  seorang tamu. Tanpa basa basi penjaga pun langsung bergegas meniggalkan saya seorang diri. 

Beberapa saat tampak dari kejauhan didepan gerbang sekolah mulai terlihat siswa mulai berdatangan dan ada beberapa siswa menghampiri dengan malu-malu sedikit tersenyum dan menyapa,begitu pula tampak beberapa orang bapak dan ibu guru mulai berdatangan menyapa dengan ramah sekali. Mempersilahkan saya untuk duduk dan menawarkan untuk minum kopi sambil sedikit bertanya, ada keperluan apa saya datang ke sekolah. Seketika itu pula saya sampaikan dengan singkat bahwa saya guru sukwan baru,mereka sedikit kaget dan tersenyum penuh motivasi.

Tak terasa jam menujukan pukul 07.30 tampak bapak ibu guru sibuk mempersiapkan siswa untuk berkumpul dilapangan,tiba-tiba ada suara rendah dan tidak asing dari belakang menyapa,ketika menoleh ternyata bapak Kepala sekolah dan beliau mempersilahkan untuk ikut ke ruangan tempat beliau bekerja,sebentar kita berbincang saat itu dan beliau mengajak serta saya untuk menuju ruangan guru dan tampak bapak ibu guru sudah berkumpul dan menyambut penuh hangat,kepala sekolah menyampaikan dengan singkat siapa saya, selepas kepala sekolah memebrikan arahan dan mempersilahkan saya untuk menemui wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan akhirnya saya mengapu mata pelajaran dari kelas satu sampai denga kelas tiga dengan tugas mengajar mata pelajaran kesenian dan kerajinana tangan,tanpa ragu langsung memperhatikan jadwal tugas mengajar dan bergegas menuju kelas,tentunya awal pertemuan dengan siswa penuh kesan bercampur aduk mungkin pembaca dapat membayangkan seperti halnya pengalaman pembaca sendiri bila anda seorang guru,mungkin anda akan sedikit tersenyum dan sekilas akan membayangkan anda sendiri saat itu.

Seiring dengan waktu dan tanpa halangan dan rintangan dengan penuh semangat dan optimis rasa lelah tidak dirasakan,seiring pula mengajar tidak hanya pada satu sekolah saja,kebetulan ada beberapa sekolah yang membutuhkan tenaga pengajar pula,tibalah saatnya dibulan pertama menerima gaji sungguh luar biasa merasa terharu dan bahagia walapun tidak seberapa gaji yang diterima ,tetapi saat itu merasa sangat bangga sekali dan sangat berarti sekali segera ingin memberitahukan ke istri gaji yang diterima, dan memang istri saya pun sangat terharu, dengan sedikit malu-malu saya serahkan gaji saya  ke istri tercinta karena jumalh gajinya luaaar biasa jauh dari layak hehehe,,sungguh tiada banding nikmat yang dirasakan saat itu.

Dalam proses hari demi hari mengajar tentunya penuh dengan cerita suka dan duka bagaimana tidak yang dihadapi merupakan sosok yang membutuhkan perhatian tidak saja harus menerima pengajaran tetapi harus diberikan pendidikan, alhasil mereka telah menjadi sosok manusia dewasa dengan segala kelebihan dan kekeurangan mereka masing-masing.

Tepatnya tahun 2006 disalah satu sekolah SMPN Satu Atap merupakan tantangan luar biasa sekali, tentunya keberadaan SMP Satu Atap pembaca sudah bisa membayangkan,tetapi hal tersebut tidak meyurutkan niat sebagai seorang guru dituntut untuk menjadi sosok yang komplit artinya menjadi seorang guru sekaligus menjadi orang tua bagi mereka entah di sekolah satu atap ataupun non satuatap,dan ingatan akan proses momen tersebut tidak pernah hapus dari ingatan, nah dalam menjalani kesaharian belajar mengajar tepatnya di sekolah ini Dari sekian jumlah siswa ada satu sosok siswa yang memang penulis rasa sosoknya berbeda dari siswa kebanyakan,siswa ini sosoknya lebih dominan berani serta semau gue,salah satu contoh perilaku dari perilaku lainnya,ketika belajar tiba-tiba dia menghilang dalam pandangan setelah diketahui ternyata dia tidur dibawah meja belajar,dari kelas satu hingga kelas dua prilaku yang ada padanya tidak berubah seakan apa yang kami ajarkan dan kami contohkan tidak berpengaruh apa-apa bagi dia hingga saya pun pernah melontarkan kalimat bahwa khusus untuk dia asal rajin masuk sekolah saja,pernah saya mendengar satu cerita anak tersebut ketika masih di sekolah dasar ngamuk dan mengejar guru nya sambil menghunus sebilah pisau, tentu guru sekolah dasarnya ketakutan bukan main karena hal tersebut diluar perkiraan gurunya,pernah saya tanyakan langsung ke anaknya memang betul katanya karena saking kesalnya dia tersinggung dengan lontaran ucapan gurunya saat itu,sesaat saya menghela napas dalam benak tersirat”waduh, bahaya nih apabila kejadian kembali di SMP”.Hingga tiba waktunya dengan pertimbangan kebijakan guru dan sekolah,anak tersebut dinaikan ke kelas tiga, kenapa demikian? Kebijakan kami saat itu tentunya kriteria yang seharusnya dipenuhi untuk naik tingkat,anak tersebut tidak bisa mencapainya, hingga muncul kebijakan tersendiri,kami rasa bila tidak ada kebijakan khusus pada akhirnya anak tersebut akan berhenti sekolah,tentu bukan seperti itu yang kami kehendaki.Saat itu kelas tiga oleh kepala sekolah untuk wali kelas dipercayakan kepada saya dan saya terima dengan penuh rasa tanggungjawab,hal pertama yang terpikir adalah siswa tersebut, dan merupakan tantangan tersendiri,awal yang saya lakukan dengan mengumpulkan informasi selengkap-lengkapnya,diantara hal yang saya lakukan sering berkunjung kerumah orangtuanya,hingga disimpulkan anak tersebut perlu pendekatan dan perhatian khusus,hingga pada setiap kegiatan saya libatkan sesuai kemampuan dan keinginan siswa tersebut tentunya dengan proses tidak mudah untuk meyakinkannya,dari sekian prilaku yang tidak ada pengecualian untuk diingatkan yaitu anak tersebut punya kebiasaan merokok dan apabila diingatkan pada akhirnya siswa tersebut akan uring-uringan dan tidak semangat untuk melaksanakan apa yang diamanatkan ada kalanya tidak hadir kesekolah beberapa hari,akhirnya saya bebaskan dengan catatan tidak sedang menggunakan seragam sekolah, walapun hal tersebut adakalanya saya merasa berdosa,tetapi apa hendak dikata keputusan tersebut harus saya pilih.Dengan kedekatan yang saya jalin sungguh luar biasa perubahan pada anak tersebut kenapa demikian pada tingkat kecerdasan anak tersebut lemah tetapi pada tingkat karakter perubahannya sangat luar biasa sekali,hingga rekan-rakan guru pun mengapresiasi perubahan tersebut,pernah rekan guru menyampaikan ketika mengajak dan diberikan tugas apapun kalau diselipkan nama saya anak tersebut akan melaksanakannya dengan sungguh-sungguh.hingga saya penasaran mencoba menanyakan hal tersebut dan memang benar terlontar dari perkataanya bahwa saya adalah sosok gurunya, bahagia rasanya hati ini, tetapi saya ingatkan secara perlahan kepada anaknya ,hal tersebut sangat diperlukan tetapi dalam hidup banyak pilihan dan memerlukan proses,saya katakan saya bukan segala-galanya untuk dia,segala galanya adalah orangtua dan keluarganya sendiri.

Waktu berlalu hingga siswa tersebut dinyatakan LULUS,tentunya saya arahkan anak tersebut untuk melanjutkan kejenjang berikutnya,tetapi dia menolak dengan alasan yang dia butuhkan adalah pekerjaan,saya pun memaklumi karena memang kondisi keadaan ekonomi orantuanya yang tidak memungkinkan dan dia ingin membahagiakan orangtuanya dengan hasil jerih payahnya,terharu rasanya sempat meneteskan ari mata,pernah ketika pada momen dia akan berangkat bekerja ke Jakarta datang silaturahmi ke rumah saya, terlontar dari Perkataanya “ Pak saya tidak memerlukan apa-apalagi dari bapak tetapi yang saya butuhkan doa dari bapak “ sunguh saya kira itu adalah hal yang luar biasa,Seiring dengan waktu tidak bertemu dan tidak pernah komunikasi saya pernah mendengar dari tetangganya anak tersebut telah bekerja, dan cukup membanggakan orangtuanya karena ekonomi keluarga cukup terbantu oleh anak tersebut.

Tepat pada tahun 2016 jam 14.00 saat itu hujan cukup deras dan saya posisi pulang dari sekolah sesampainya didepan halaman rumah saya dikagetkan dengan suara seseorang memanggil dan saya tengok dalam keadaan basah kuyup menggendong tas yang cukup besar dipunggungya dan memarkirkan motornya,sejenak saya tidak hapal dan mencoba menjawab panggilannya,ketika helm orang tersebut dibuka ternyata adalah sosok yang pernah ada dalam hidup saya, sungguh pertemuan penuh cerita dan membanggakan,sehingga terlonta kata-kata penuh makna dari anak tersebut,tenyata hingga saat ini bagi dia saya adalah guru panutan yang berjasa dalam proses pendewasaan dalam berpikir dirinya.(alhmdulillah),tetapi saya tidak merasa dan bukan satu-satunya guru yang merubah akan kekurangan anak tersebut tetapi proses tersebut semata-mata kehendak yang maha kuasa,dan kekuarangan yang dia jalani dan miliki ternyata merupakan kelebihan bagi dirinya,sehingga saya menggarisbawahi bahwa pendidikan tidak akan berubah saat itu pula tidak seperi makan cabai terasa langsung pedas,hasil pendidikan sejatinya akan terasa setelah anak didik kita kelak dewasa.

Kata kuncinya “ Think,Speak,Action” itulah salah satu pengalaman nyata yang saya jalani hari-hari mengemban tugas sebagai seorang pendidik,saya bisa andapun akan lebih bisa.


4 Responses to "SANG PEJUANG GARUHAL 2006"

  1. Niat untuk sekolah, dan niat mencari ilmu Kuncinya, meskipun tak seindah yg dibayangkan... Hehehe. Namun kini dia menjadi pribadi yg baik, ramah, sopan dan pengakuan terhadap guru nya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul sekali pak......setinggi tingginya memiliki ilmu tanpa memiliki karakter.....kecerdasan dan kepintaran akan sirna.......

      Hapus
  2. Mantul sekali blognya.. Sangat menginspirasii.. Seniormaah bahasanya udah level atas...Mantap

    BalasHapus

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel