Bersama ibu Eva Haryati Israel,S.Kom
Dibalik Telur Pecah, ada
Tekad dan Niat
Rabu, 18 Nopember 2020. Penuh semangat dan harapan. Semangat dan Harapan?. Ada apa dengan dua kata tersebut?. Tentu spesial sekali bagi saya kawan. Detik-detik penentuan. Untuk meraih mimpi menjadi kenyataan.
Lihat flayer diatas kawan. Ibu
yang disudut pojok kanan atas ibu Eva Haryati Israel,S.Kom narasumber kali ini.
Yang dipojok kiri bawah itu bu Aam Nurhasanah,S.Pd moderator yang selalu setia
melempar materi narasumber.
Dan mata ini, turut serta memandu hati. Seakan ikhlas menuntun harapan dan
mimpi. Sebegitu spesialkah kali ini?. Tentu kawan. Kali ini pertemuan ke 20.
Pertemuan yang dinanti. Ibarat lomba lari, lari kencang terseok-seok menuju
garis finish.
Pertemuan kali ini hadir ibu Evi. Beliau merupakan seorang guru disalah satu SMA di Kupang. Setelah
melihat profil beliau melalui ringkasan
channel youtubenya. Guru aktif banyak prestasi.
Menjadi guru, Duta Rumah Belajar, Instruktur Nasional, Guru pembatik, serta
menjadi narasumber di berbagi kegiatan pendidikan.
Seorang istri dengan tiga anak, profesi sebagai guru. Tentu merupakan
amanah yang tidak mudah untuk membagi waktu. Tetapi sepertinya hal itu mudah
dilalui oleh bu evi. Tercermin dari prestasi yang diraih. Betul ya bu? Insting saya
mengatakan demikian.
Inisiatif Omjay dan kawan-kawan memang patut diapresiasi, dengan adanya
kelas WAG Menulis. Banyak peserta yang menjadi penulis hebat. Salah satunya,
narasumber kali ini. Beliau merupakan Alumni
Kelas WAG Menulis Gelombang 7.
Hadirnya para narasumber hebat, tanpa pamrih membagi ilmu menulis pada
setiap gelombang, berhasil mengubah mindset
para peserta.
Dari hanya sekedar menulis biasa, mampu menulis menjadi luar biasa. Betapa
berhasil dan cepatnya ilmu yang dibagikan oleh para pakar menulis hebat,
menghasilkan peserta menjadi penulis hebat. Tuhan meredhoi niat tulus tanpa
pamrih para narasumber. Amal ibadah yang akan menyertai mereka kelak. Pahala
laksana luasnya lautan.
Nah, kali ini bu evi berbagi pengalaman menulis selama ini. Perjuangan pengalaman
menulis yang dirasakan beliau.
Bagaimana memulai menulis. Bagaimana menuangkan ide. Bagimana mencari tema Tentu
banyak hal kebingungan yang dirasakan. Tentu sama dengan apa yang kita alami.
Kondisi seperti itu, terpatahkan setelah beliau bergabung dengan guru hebat
laiinya dalam kelas WAG Menulis.
Ilmu menulis sudah didapat. Tetapi ketika mendapat tantangan menulis buku
dalam waktu 7 hari. Tersentak dan tak berani atas tantangan tersebut.
Ketidakpercayaan diri, hinggap dalam diri beliau. Betapa tantangan Prof.
Eko seakan tidak akan mampu beliau perbuat.
Menurut hemat, saya tentu itu merupakan hal yang wajar. Saya pun pasti
demikian. Kenapa? Karena stigma diri
sebagai Penulis Pemula sangat melekat dalam hati. Sehingga tantangan secepat
itu menulis, apalagi dalam 7 hari. Seakan tak mungkin bisa.
Tetapi ada kekuatan lain yang menyertai beliau untuk mencoba tantangan
tersebut. tetapi menurut beliau dalam prosesnya dihinggapi rasa kebingungan.
Harus melakukan apa?, apa yang akan ditulis.
Hebatnya dengan insting sang Profesor, semua
peserta dipandu dan dimotivasi untuk selalu tetap konsisten. Alhasil, justru
tema keseharian kegiatan beliaulah, yang melatarbelakangi. Sehingga berwujud
menjadi sebuah buku, berjudul KELAS MAYA
“ Membangun Ekosistem E- Learning di Rumah Belajar”.
Punya mimpi dan harapan patut diperjuangkan. Hal yang terpenting untuk selalu fokus. Kemampuan menulis merupakan anugrah luar biasa.
Betapa Tuhan menciptakan alam raya dengan segala isinya. Dan memberikan
anugrah tersebut untuk kita semua, tentu manfaat yang maha dahsyat dari Tuhan,
memberikan risalah untuk kita ceritakan dengan mata hati dan pikiran melalui
tulisan.
Perjuang bu Evi merupakan salah satu contoh mimpi yang menjadi kenyataan.
Pecah telur beliau istilahkan.
Proses perjuangan yang panjang dalam menulis, hingga tulisannya terbit
menjadi sebuah buku. Salah satu bukunya mulus terbit lolos tanpa kurasi.
Diterbitkan pula oleh penerbit sekaliber Penerbit Andi.Perjuangan yang layak
dijadikan tolak ukur.
Dalam sesi penutup pada paparan pengalamannya beliau menukilkan moto
hidupnya “ Semakin dibagi semakin tak terbatas”.
Apakah kita mampu menerbitkan buku?.
Pasti mampu kawan. Dimana ada
kemauan disitu ada jalan.
Jadikan lah panduan kuliah di WAG Menulis. Banyak ilmu yang dibagikan oleh
para narasumber. Tinggal kembali kepada diri kita. Untuk menulis lebih baik
lagi.
Anda mau tulisannya menjadi sebuah buku?
Sayapun demikian. Buktikan !
Intisari dari dari ilmu menulis kali ini yaitu tekad dan niat.
Semoga Tuhan meredhoi mimpi dan harapan kita.Aamiin
Salam Literasi
Asikin Widi
Jatnika
@Aikin
@Blogger Kampung
Salam literasi:)
BalasHapussalam ustadz.hehe
HapusSalam literasi, sukses selalu pa Asikin, resumenya keren
BalasHapusTerimakasih ibu Eva....Salam literasi
BalasHapusMantaaap semakin bagus tulisannya, sudah menemukan gayanya @ikin, semanagat terus...
BalasHapusAlhdulilah .terimakasih Ambu Apresiasinya
HapusMantap resumenya pak...👍
BalasHapusTERIMAKASIH BU YUNI
Hapusterimakasih kangmas
BalasHapus