BUAIAN SAYANG TANAH KELAHIRANKU

 
Ada Cerita Dikampungku

Bapak bilang " Nak, 10 atau 20 tahun lagi kampung kita, pasti berubah keadaanya".

" Maksudnya pak" aku menyela.

" Coba kamu perhatikan sekeliling Kampung mu ini" Bapak melanjutkan kembali obrolannya.

Ku coba perhatikan apa yang Bapak sampaikan.

" Sudah mengerti nak apa yang Bapak maksud"

" Iya pak " jawabku.

Saat itu usia ku masih remaja. Kebiasaan kami ngobrol bersama. Bapak ku tempat ku mencurahkan isi hati.

Aku banyak belajar tentang kehidupan dan makna hidup dari beliau.

Kampung ku indah. Susananya nyaman. Tak ada satupun pendatang, kalau sudah bermukim pasti akan betah tinggal.

Saat aku remaja, penerangan jaringan PLN dikampung ku tidak ada saat itu. Kami hanya mengandalkan mesin diesel yang dikelola oleh perorangan. Membayarnya pun mingguan. Kalau tidak hanya membayar dengan 500-1,000 rupiah saja.

Oh iya. Mekanik yang menjalankan mesin diesel kampungku namanya Wa Rohani. beliau orangnya lucu dan pandai berkomedi, mirip pak Timbul Srimulat. Beliau sudah sejak lama tiada. Semoga amal kebaikan beliau menyertai disisi Syurga Allah SWT.Aamin.

Lampu menyala hanya sampai jam 12 malam saja. Seterusnya kami menggunakan lampu minyak.

Tak jarang pula, lampu minyak tersebut membuat kotor tangan dan hidung kami akan nampak terlihat hitam dari asap lampu.

Walapun kampungku belum maju. Hati ini merasa riang gembira. Karena alam dan lingkungannya asri. Sungai yang membentang  nampak jernih.

Waktu berlalu. Tak terasa sekarang tahun 2020.

Teringat aku, akan obrolan Bapak dahulu tentang keadaan Kampungku. Wah, jadi kenyataan.

Benar saja, saat ini semua nampak berbeda. Budaya, Sosial, Ekonomi.Pendidikan.

Soal Budaya, banyak kebiasaan-kebiasaan yang hilang.

Soal Sosial, banyak hal-hal yang nampak berbeda.

Soal Ekonomi, meningkat pesat.

Soal Pendidikan. Wah membanggakan. Sudah banyak yang lulusan Sarjana.

Banyak pendatang berbagai daerah yang bermukim lama, hingga menikah dengan gadis, kampungku.

Aktivitas warga kampungku, ada yang buruh, petani, pedagang, serta pegawai pemerintah.

Geliat perubahan Kampung ku dari waktu ke waktu berbeda.

Ada kalanya yang aku rasakan. Rindu suasana Kampungku yang dahulu.

Beranjak siang. Bising suara kendaraan bermotor lalu lalang adakalanya membuat pusing.

Bapak saja dahulu sudah memperkirakan perubahannya.

Tak terbayang, 10-20 tahun kedepan. Mungkin akan lebih berbeda lagi. Pasti itu. Semoga perubahan ini menjadikan masyarakatnya tidak lupa bersyukur.

Masyarakatnya mau menjaga dan tidak melupakan nilai-nilai leluhur yang dititipkan. Dan semoga generasi mendatang. Generasi yang cinta akan melestarikan nilai budaya.

Syukuri dan nikmati perubahan ini. tetapi jangan melupakan atas perubahan itu. Karena perubahan yang diterima tentu ada konsekwensi postip dan negatifnya.


Salam Literasi

Asikin Widi Jatnika

@Aikin




10 Responses to "BUAIAN SAYANG TANAH KELAHIRANKU"

  1. Mantaaap sudah menuliskan apa saja, karena untuk bisa menulis itu harus menulis dan menulis.. (Mas Rizky)

    BalasHapus
  2. Di dunia ini tak ada yg kekal, kecuali perubahan. Masalahnya perubahan yang terjadi sering ke arah yg negatif.

    Ekonomi mungkin semakin baik, tapi tengok perubahan budaya masyarakat dan lingkungan apa kah semakin baik?
    Semoga kedepan, perbaikan ekonomi sejalan dg perbaikan budaya dan lingkungan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maju kena mundur apalagi. Semangat terus pak gula aren

      Hapus

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel