LOMPATAN DI SUNGAI CIMINYAK
Sudah sejak lama ingin sekali menuliskan, keinginan
menuliskan selalu tehenti karena lupa. Alhmdulillah pagi ini selepas shalat
subuh berkesempatan, bergegas meraih handphone maksud hati untuk mengambil
photo situasi pelengkap tulisan, beranjak keluar rumah sambil berolahraga pagi.
Jalan kampung yang beraspal hitam nampak bersih udara
segar sangat terasa melegakan nampak hanya beberapa orang saja terlihat
beraktivitas.
Menit berlalu berolahraga, mulai terlihat geliat lalu
lalang kendaraan bermotor serta ibu-ibu yang hendak berjualan ke pasar.
Photo ini arah utara disepanjang jalan raya kampung dimana
saya tinggal, nampak hamparan sawah dan tiga lekuk indah punggung gunung
menjualang hijau, gunung itu kami menyebutnya gunung Geulebeg entah mengandung
makna apa sebutan gunung tersebut.
Nampak hamparan padi yang mulai menguning dihasi pula
dengan juntaian pohon mangga dan kelapa menambah indah lukisan alam
menyemarakan suasana pagi bagi mata yang memandangnya.
Banyak kisah yang ingin dituliskan tentang kampung tercinta semoga mimpi itu terkabulkan. Bila menelisik pada photo tersebut keadaanya sangat berbeda sekali saat penulis masih anak-anak, jalan itu dahulu terjal berbalut batu.
Salah satu jalan dijadikan tempat favorite bermain bersama teman situasinya aman dijadikan tempat bermain karena lalu lalang kendaraan sangat jarang, begitupun saat hari raya idul fitri di jalan itu ramai anak-anak bermain.
Sesekali diselingi menyulut merecon (petasan) dan beleson (bambu sepanjang 3 meter dilubang di salah satu ruas sebesar coin 50 rupiah lalu diisi minyak tanah, ketika disulut akan mengeluarkan bunyi seperti meriam.
Ditemani bapak-bapak sambil menikmati kopi pagi bercengkrama dipinggir jalan. Dulu pelataran rumah ada balai-balai atau amben biasa kami menyebutnya. Di amben tersebut rumah pinggir jalan bapak-bapak berkumpul sambil mengawasi anak-anaknya bermain.
Saat ini Amben depan rumah tinggal sedikit hanya beberapa rumah saja yang masih ada. Tentu suasana tersebut saat ini sudah berubah. Keadaan rumah pinggir jalan sudah berubah menjadi kios atau toko warga.
Photo ini yang menjadikan kenangan yang tak mudah dilupakan. Nampak aliran sungai membentang, posisi ketika mengambil photo diatas jembatan sungai Ciminyak, nampak keadaan airnya warna coklat karena semalam hujan cukup lebat.
Sungai ini dahulu merupakan sungai untuk memenuhi
kebutuhan mandi dan mencuci pakaian warga. Bila pagi dan sore hari akan nampak
ibu-ibu berjejer dipinggir sungai mencuci pakaian.
Saat ini airnya tidak sejernih dahulu namun masih tetap
digunakan untuk mandi dan mencuci pakaian, tetapi tidak lagi menjadi sungai
kebutuhan utama warga sejak aliran air PDAM Desa terpasang 2 tahun yang lalu.
Nampak dipinggir jembatan besi pengadang terpasang kuat,
dibesi itu merupakan kenangan masa kecil yang tak terlupakan. Besi itu menjadi
saksi keceriaan saya dan teman melompat ke air diatas jembatan, kami berani
melompat dari atas jembatan karena air dibawah kolong jembatan kedalamnnya
hampir 3 meter.
Bermain lompatan ke air merupakan tantangan tersendiri
bagi kami bocah-bocah yang senang bermain air. Tidak semua teman masa kecil
berani melompat dari atas jembatan, teman yang tak memiliki nyali hanya bisa
berenang-renang saja dibawah air kolong jembatan.
Sering pula kenakalan kami melompat dari atas jembatan ke
sungai dimarahi ibu-ibu yang sedang mencuci pakaian karena kelakuan kami
dianggap membahayakan.
Aksi melompat dari atas jembatan bentuk bukti keberanian saya dan kawan, karena tidak ingin disebut βBencongβ. Karena tidak mau disebut bencong saya memberanikan diri melakukan lompatan pertama yang sebenarnya saya ketakutan.
Aksi lompatan pertama saya akali dengan menutup mata alhasil lompatan itu terasa cukup sakit karena posisi badan posisi jatuh terlentang berakibat badan sakit sedikit memerah, tak ayal kekonyolan itu menjadi bahan tertawaan teman.
Karena
sering kami lakukan rasa takut terlupakan, larangan dari bapak-ibu kami
hiraukan yang ada keceriaan bermain
lompatan ke sungai dari atas jembatan.
Aksi lompatan mandi dari diatas jembatan terkadang menajdi
aksi lucu bagi yang melihat, lucunya mungkin pantat kami yang hitam juga alat
vital kami kedinginan menciut seperti kura-kura yang menyembunyikan kepala kedalam
batok tempurung badannya, saat in bila ingat hal itu kadang tertawa sendiri.
Saat ini kegembiraan bermain lompatan dari atas jembatan
tidak lagi terlihat. Mungkin anak-anak kami lebih memilih bermain games online.
Sekalipun dilakukan melompat ke sungai dari atas jembatan
lebih membahayakan karena kedalaman sungai saat ini sudah dangkal tidak sedalam
dahulu ketika kami masih kecil.
Sungai ini tidak lagi menjadi tempat bermain, namun berharap
pemerintah setempat atau dinas terkait tetap mengawasi pelestarian sungai Ciminyak
sebagai sumberdaya alam supaya fungsinya tetap terjaga.
Salam Literasi
2021
Waduuuuh... Manii waas pa di dambel kana cerita kieu mah.... Hehhee.... Padahal tiap dinten kalangkungan... πππ
BalasHapusheheheh......betul sekali
BalasHapus