BERSAMA BAPAK NUR ALIEM HALVAIMA

 

SANG MAESTRO BERBAGI REZEKI CARA MENULIS

Narasumber kali ini bapak Nur Aliem Halvaima, SH, MH. Nama pena media sosial adalah Nur Terbit. Anak ke-3 dari 7 bersaudara. Anak Bugis Makassar lahir pada 10 Agustus 1960. Dari pasangan Haji Muhammad Bakri Puang Boko dan ibu Hajjah Sitti Maryam Puang Mene.

Sejak kecil sudah senang membaca. Bacaan buku Inpres, karena kebetulan ayah beliau bekerja di Dinas P dan K. Dengan kebiasaannya membaca sangat mempengaruhi  kehidupan beliau selanjutnya.

Sejak dibangku Sekolah Dasar sudah punya semangat dan berani untuk mengirimkan karya tulisnya ke media koran. Alhasil dimuat, tentu membuat girang Nur kecil. Tak ketinggalan lomba menulis pun Nur kecil ikuti dan meraih juara beberapa kali.

Pendidikan Sarjana Muda di IAIN Alauddin Makassar. S1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Syari'ah dan Hukum. S2 ilmu hukum dengan tesis "Pola Pemberian Upah Untuk Kesejahteraan Wartawan Media Cetak di Provinsi DKI Jakarta".

Profesi wartawan sejak masa kuliah, berlanjut jadi koresponden Harian Terbit (Pos Kota Grup) di Sulawesi Selatan. Tahun 1984 hijrah ke Jakarta bergabung jadi reporter kemudian redaktur. Tahun 2014 saat koran tempatnya bekerja "dijual", belisu pensiun dini tapi tetap menulis dan jadi redaktur media online www.possore.com sampai saat ini.

Pengalaman jurnalis beliau, Wartawan Utama dari Dewan Pers PWI Pusat, antara lain, Wartawan/Editor Surat Kabar Harian Terbit (Pos Kota Grup) 1980-2014. Pemred Vonis Tipikor versi  majalah dan online 2014-2017. Pemred Corong versi majalah dan online 2019-2020. Pemred Telescope versi majalah dan online 2020. Redaktur Eksekutif Possore.com 2015 s/d Sekarang. Redaktur/Admin tamu sejumlah media online, majalah, tabloid 2014 s/d sekarang.

Setelah membaca profil beliau. Sungguh merupakan prestasi yang membanggakan. Menurut hemat saya. Pendidikan beliau sangat mendukung dan sejalan dengan apa yang diraihnya dalam dunia pers. Terbukti melalui karir serta banyak prestasi yang diraih dalam kancah loba menulis.

Dalam kesempatan yang  baik ini. Sungguh suatu kehormatan tersendiri bagi saya dan kita semua tentunya, dikesempatan kelas WAG Menulis. Beliau berkenan hadir dan berbagi ilmu serta pengalaman bersama kami dalam hal dunia tulis menulis.

Tentu ditengah kesibukan beliau. Beliau sebagai blogger masih sempat menulis di blog pribadi www.nurterbit.com, Kompasiana, Kumparan, Viva, Blogdetik (alm), PepNews, Tokoh Populer, Suara Konsumen, Risalah Misteri, Terbitkan Buku Gratis, bahkan aktif membuat konten video di channelnya YouTube.com/nurterbit. Tahun 2019 Nur meraih Juara Utama Lomba Video YouTube Asuransi Mobil Raksa Online.

Disamping sebagai wartawan, beliau merupakan pengacara juga, sesekali beliau bersidang mendampingi kliennya di pengadilan.

Tersirat melalui nukilan paparan yang beliau sampaikan, sangat terasa familiar sekali, saya yakin itu. Ya walapun belum bertemu langsung dengan beliau. Betul tidak pak? Semoga insting saya bener ya pak?. Haha.

Dalam sesi awal materi beliau sampaikan bahwa ada perbedaan pola penulisan berita di koran atau media dengan menulis bebas untuk artikel di media. Sangat beda lagi jika menulis utk karangan ilmiah, skripsi, makalah, tesis atau disertasi.

Di media, ada format atau standar baku, yakni berita tidak boleh memasukkan opini penulisnya, atau wartawannya. Ada tempat khusus yaitu opini atau artikel, bila seorang  wartawan ingin menyampaikan pendapat, gagasannya. Dan rubrik opini ini bisa diisi oleh orang luar. Maksudnya pembaca, sesuai kehalian dan bidang yang dikuasainya. Dan siapapun menulis serta diterbitkan tulisannya oleh penerbit koran tentu akan mendapatkan honor sesuai kemampuan penerbit tersebut.

Namun seiring perkembangan era teknologi digital. Tentu merupakan tantangan tersendiri bagi pelaku penerbitan koran dan sejenisnya. Tak sedikit yang gulung tikar. Perubahan tersebut tergerus dengan dengan era online.

Dulu ketika kita ingin mengetahui perkembangan informasi sekitar kita, atau perkembangan dunia kita menunggu loper koran menghantarkan kerumah atau membeli koran di loper koran. Tetapi saat ini, sambil duduk santai kita bisa menjelajah berita dunia dengan sentuhan digital. Serasa dunia dalam genggaman.

Namun satu sisi pasar media cetak berkurang, tetapi disisi lain ada peluang baru yaitu citzen jurnalism tentu media indormasi semakin banyak pilihan. Ungkap beliau.

Sebagai wartawan juga penulis buku yang handal beliau mengatakan untuk mahir menulis harus banyak membaca. Minimal membaca ulang tulisan sendiri . Untuk mengetahui kekurangan laiinya.

Dengan banyak membaca, merupakan modal besar untuk menghasilkan tulisan yang baik. Manfaat membaca diantaranya :

 

1.    Memperkaya perbendaharaan kata

2.    Belajar EYD (Ejaan Yang Disempurnakan)

3.    Menambah wawasan, terutama bagaimana format menulis, belajar menyusun paragrap, huruf sambung dan lainnya

4.    Banyak membaca tulisan orang lain,.kita bisa belajar style (gaya) penulisan orang. Kita bisa tiru untuk kemudian akan muncul gaya khas kita sendiri. Dan tidak meniru 100%

5.    Nonton TV/film, dengar radio utk memperkaya wawasan sebagai tabungan ide kalau mau menulis, terutama genre fiksi.


Juga kunci mudah menulis. Pungkas beliau, diantaranya :

1.    Menulis dengan kunci 3D. Tulislah yang Dialami sendiri, yang  Disukai, yang Dikuasai.

2.    Rajin baca, nonton TV/film, dengar radio utk memperkaya wawasan sbg tabungan ide   kalau mau menulis, terutama genre fiksi

3.    PDLS : Peka Dengan Lingkungan Sekitar (KEPO)

4.   TBTO : Terus Belajar atau Baca (dari) Tulisan Orang

5.   TLMM : Terus Latihan Menulis di Media (Medsos)

6.   TILM  : Terus Ikut Lomba Menulis, sebagai uji coba sejauh mana kualitas tulisan kita. 

Nah itu merupakan startegi menulis apa yang dialami beliau selama kiprahnya dalam dunia tulis menulis. Tentu ini merupakan pengalaman yang sangat berharga. Saya sangat beruntung sekali mendapatkan pengetahuan tambahan dari pengalaman menulis beliau. Tentu pembaca juga berharap demikian bukan?.

Betapa beruntungnya kita tinggal menerapkan apa yang beliau bagikan. Kita tinggal membangun kepercayaan diri dan semangat untuk menulis. Dasar yang paling penting membaca dan terus membaca. Semoga ilmu yang dibagikan beliau menjadi ladang pahala yang tak berbatas. Dan Allah Maha Mengetahui. Aamiin.

 

Salam Literasi

Asikin Widi Jatnika

@Aikin Blogger kampung

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

6 Responses to "BERSAMA BAPAK NUR ALIEM HALVAIMA"

  1. Oke, sudah merupakan resume yang cukup lengkap. Hanya, masih banyak kesalahan penulisan. Judulnya saja Masetro, harusnya kan Maestro.

    Mungkin ke depan perlu dibaca berulang-ulang dulu, agar tidak ada yang salah tulis.

    Terima kasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siaaap pak rizki..heheh terimakasih masukannya. langsung edit kembali

      Hapus
  2. Terimakasih banyak bang nur Terbit sudah berbag ilmu kepada kami.

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih omjay. semoga omjay segera sehat. Terimakasih Pak Nur

      Hapus

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel