PERLAHAN SIRNA
PERLAHAN
SIRNA
Dipagi nan cerah dan sejuk ditemani segelas teh panas
terasa semakin menenangkan, nampak dibalik bentangan kabel jaringan listrik PLN
terlihat gunung handarusa rambutnya yang
hijau terlihat samar membotak.
Lambaian daun kelapa sesekali ditebak angin pagi
bergoyang lambat mewarna sudut pandang tatapanku melihat gunung handarusa.
Dulu bila teringat dimasa itu terlihat nampak banyak
benda terlihat kehitaman dari kejauhan melayang riang mengitari luasnya dimensi
gunung
Masih adakah hari ini benda hitam tersebut.? Benda itu
adalah burung-burung dan tak nampak lagi saat ini. Gerombolan dulu yang
menghiasi ruang hampa sisi gunung entah kemana.
Hanya burung-burung bertulang berprekwensi nampak kaku
terlihat menjulang menghalangi pandangan rambut hijau yaitu antena televisi.
Tak ketinggalan kolecer turut serta menghiasi warna putih
langit dengan ekor lentik dan putaran bilah kayu nan riang gembira.
Hari ini aku merindukan nyanyian alam yang telah hilang
entah kemana. Nyanyian hari ini dominan raungan nyanyian modernisasi yang
memekakan telinga. Dari berbagai warna kuda besi dan raungan nyanyian knalpot
kuda besi membuat pasrah melihat serta mendengarnya.
Benar kata bapak ku, akibat dari perkembangan kemajuan
masyarakat akan menghilangkan dan mengorbankan sesuatu yang kelak kita akan
merindukannya.
Saat ini lah terasa ada yang hilang dalam bisikan
bathinku kemana perginya mahluk tuhan yang satu ini, hanya diwaktu tertentu
saja nyanyian indah itu hadir terdengar.
Burung indah cantik dan mempesona kini tak nampak banyak
hadir menemani hari-hari indah para petani. Dahulu bila ku ingat berbagai macam
jenis burung banyak mengisi ruang-ruang hutan kampung dan kita terkagum-kagum
akan kehadirnya.
Mereka menghilang entah mengeluh barangkali juga marah
karena habitatnya dihilangkan. Banyak kerugian yang dirasakan dengan perginya
mereka dalam kehidupan yang asri didesa mungkin kita entah menyadari atau
tidak. Rantai ekosistem perlahan telah sirna.
#8 Tantangan Menulis setiap hari
Salam Literasi
2021
mantep.....
BalasHapusTerimakasih ustad
BalasHapusWah, sedih ya. Semakin banyak yang populasinya berkurang.
BalasHapusIya bu ditta.....Sekarang malah bising sama kendaraan. hehehe
BalasHapus